Review GEILI Fellowship 2012

July 23, 2012 § 2 Comments


GEILI Fellowship 2012

ย 

Sebelum memulai review ini, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada PT. Tenriola Nusantara dan FAST yang telah mensupport keberangkatan saya ke Hong Kong untuk mewakili TEDxITT dalam acara GEILI Fellowship 2012.

Dalam acara tersebut hadir 83 change maker dari berbagai negara, dan 14 diantaranya adalah perwakilan dari TEDx, termasuk satu orang dari TEDxITT, yaitu saya sendiri. Kalau dari Indonesia, totalnya jadi 2, yaitu saya dari TEDxITT dan seorang lagi dari Indonesia Mengajar + Sahabat Kota.

Acara tersebut secara umum dibagi menjadi 3 bagian, yaitu (1) Fellowship pada 7 hari pertama, (2) Summit pada 3 hari selanjutnya, dan (3) Unconference Workshop pada 3 hari terakhir.

Acara utama pada bagian pertama adalah plenary session. Pada plenary session, kami semua memperkenalkan diri dan aktifitas satu-persatu. Setiap harinya selama tujuh hari berturut-turut ada 2-3 sesi plenary, setiap sesinya ada lima orang yang memperkenalkan diri. masing-masing diberi waktu 3 menit 20 detik. Di sini saya memperkenalkan diri sebagai founder TEDxITT, pengurus FAST, dan bekerja di PT. Tenriola Nusantara. Jadi lumayan lah FAST ikut kedengeran. Apalagi waktu Plenary Session bagian saya, saya juga pake polo t-shirt dengan logo FAST dan Tenriola, hehe. Oh iya, saya bilangnya FAST is Alumni Council of ITT. Entah itu terjemahannya bener apa salah. Hehe…

Selain plenary session, masih pada bagian pertama juga ada beberapa training, diantaranya Training Project Management, Social Entrepreneurship, dan International Volunteerism. Selain itu juga ada malam pertukaran budaya, city tour, dan kunjungan ke Castle Peak Power Plant dan Museum Kebudayaan. Selama yang bentuknya kunjungan, saya selalu pake polo t-shirt dengan logo FAST dan Tenriola. Soalnya emang saya emang punya 2 baju kaya gitu, jadi tenang aja, gak bau koq. Hehe. Bagian pertama ini ditutup dengan penghargaan dan pengangkatan para peserta menjadi GEILI Fellow. Agak kaget juga, saya juga baru tahu ada ‘pengukuhan’.

Cultural night: Batik from Indonesia

Setelah bagian pertama selesai dalam 7 hari, masuk lah ke bagian kedua, yaitu Summit. Di sesi summit juga bisa digolongkan ke dalam 2 bagian, yaitu 2 hari pertama kami para fellow mengisi training yang dihadiri oleh warga Hong Kong. Ada yang mengisi tentang project management, social entrepreneurship, social media to social movement, blind photography, happy post, creativity, dan masih banyak lagi. Dan hari terakhir di bagian summit adalah TEDx day. Satu hari penuh tentang TEDx.

Ada 2 acara di TEDx Day, yang pertama adalah TEDx Workshop dan yang kedua adalah TEDxLionRock. Ini merupakan salah satu bagian penting buat saya. Seneng, kaget, bingung, semua bercampur jadi satu. Seneng karena bisa nyobain kerja sama dengan TEDx-TEDx lain di belahan bumi lain, kaget karena ternyata kita bukan cuma diminta ngisi TEDx Workshop, tapi juga diminta bantuin nge-coaching para speaker TEDxLionRock. Seluruh persiapan itu hanya dilakukan selama 3 hari! Sampai-sampai Herbert (TEDxPSU) ngeguyon, “ini mah TEDxEmergency :p”. Biasa 3 bulan ngurusin speaker, ini 3 hari. Mantap! ๐Ÿ˜€

1st TEDx Organizers Meeting

Jadi lah setiap hari kita rapat ber-14. Pengalaman yang lumayan seru, pertama kalinya kerja bareng multi-cultural. 14 orang dari negara yang beda-beda kerja bareng-bareng, rapat tiap hari nyiapin workshop sama TEDxLionRock. Pengalaman coaching-nya juga seru, bayangin aja saya harus nge-coaching speaker dalam bahasa Inggris. Untung nge-coaching-nya bareng-bareng juga, kalau nggak, ya ya ya… Dan karena nge-coaching-nya bareng-bareng, saya juga bisa sambil nyiapin bahan-bahan workshop. Hehe…

Oh ya, di sini juga saya bener-bener belajar banyak soal coaching speaker dari para senior seperti Mariane (TEDxAmsterdam), Desiree (TEDxNasa & TEDxCharlotte), Herbert (TEDxPSU), Julianne (TEDxFullbright), Elena (TEDxThessaloniki), Vlasta (TEDxBrno), dan Tatyana (TEDxBayArea). Learning by doing itu bener-bener kerasa lah. Dan kita juga saling bagi pengalaman sesama yang muda-muda seperti Saya (TEDxITT), Mario (TEDxNewHeaven), Jungmin (TEDxIGSE), Omar (TEDxNajahUni), Bingqian (TEDxZUFE), dan Claire (TEDxTAITA).

Ok, gak usah dibayangin kurang tidur karena haru nge-coaching-nya, rapatnya, dstnya, kita langsung aja ke waktu workshopnya. Workshopnya dibagi menjadi 3. Bagian pertama sambutan dari Clive sekaligus pemaparan singkat soal TED & TEDx secara umum. Bagian kedua masing-masing TEDx menyampaikan tentang TEDx masing-masing, programnya apa aja, karakteristiknya kaya gimana, dan seterusnya. Dan di bagian ketiga adalah diskusi panel tentang bagaimana kita mengelola TEDx, misal kurasi speaker, seleksi audiens, sponsorship, pengelolaan volunteer, dst. Dan seperti biasa, kalau saya dijadwalkan ngisi, tentu pake polo t-shirt berlogo FAST dan Tenriola ๐Ÿ˜‰

Explaining TEDxITT Conference & Volmeet

Saya gak akan bahas semua yang saya sampaikan, tapi beberapa poin yang sepertinya sebagian orang belum begitu tahu aja.

1. Pada saat speaker selection, TEDxITT mencoba mengenali si calon speaker dari semua aspek kehidupannya. Biarkan mereka bercerita. Bila kami mendapati sesuatu (idea) yang layak untuk diangkat di TEDxITT, kita follow-up, kalau tidak dapat, tetap jalin silaturrahmi, mungkin bisa di kesempatan lain.

2. Pada saat speaker coaching berfokus pada idea, bukan pada profil. Kamu orang hebat, terus so what? TEDxITT bukan ajang pamer, tapi ajang untuk ideas worth spreading. Dan hanya fokus pada 1 hal. Cukup satu saja, jangan sampai kemana-mana, dan dibuat tajam.

3. Sebisa mungkin talk-nya dibuat mind-blowing, “wow!”. Caranya? Jangan biarkan ada talk yang basi. Usahakan semua talk itu fresh. Makanya kita punya beberapa kriteria. Meskipun belum dibuat terstruktur, tapi feel-nya insyaAllah udah dapet, udah ada deteksinya, “ini bisa buat TED, ini enggak…”. Berikut adalah beberapa hal yang mungkin diangkat di TEDxITT:
a. Teori ‘baru’
b. Gerakan ‘baru’
c. Inovasi ‘baru’
d. Fakta ‘baru’
e. lupa lagi, nanti ya…

Saya sempat menyampaikan di suatu forum bahwa kalau bisa cuma spekernya yang tahu. Gimana caranya? Ya speaker itu adalah penemunya. Dia yang menemukan fakta, teori, atau pendiri gerakan, atau si inovator. Oh ya, meskipun ‘baru’-nya itu masih relatif ya…

4. Dari sisi audiens, intinya kita mau cari audiens yang sebisa mungkin bertransaksi dengan para speaker dan/atau organizer. Misalnya dia bisa duplikat gerakan si speaker untuk dibawa ke komunitasnya, atau bisa kerja sama buat ngembangin inovasinya, dst. Itu salah satu poin terbesar dalam esai, ketika calon audiens bisa menjabarkan gimana dia bisa spread ideas-nya lebih luas? To the poin aja, mau ketemu sama speaker yang mana, dan gimana spread ideasnya? Harus konkret, kalau cuma nyebarin doang, anak SD juga bisa.

5. TEDxITT Volunteer Meet Up sebagai sarana community developement. Intinya kita mau bikin atmosfer yang prestatif dan kreatif buat para volunteer agar suatu saat para volunteer ini juga jadi/punya sesuatu yang nge-‘TED’. Volunteer jangan berhenti di EO, tapi harus jadi orang yang paling pertama terinpirasi dan berbuat. Ini lah actions kita, ini lah “ideas Worth Doing”.

6. Nanti lagi ya, lupa lagi. Hehehe…

Talkshow

Ok, tadi sampai Summit, sekarang lanjut ke unconference. Dan ternyata waktu unconference, kira-kira 75% fellow udah pada suntuk dan kabur entah kemana. Karena kosong banget, akhirnya hari pertama unconference saya dan beberapa teman memutuskan untuk ke Mongkok, dan hari kedua kita ke Ocean Park, lalu hari ketiga saya pulang ke Indonesia ๐Ÿ™‚

Sebenernya banyak banget hal yang saya dapat dari acara ini. Kalau sempat mudah-mudahan saya buat tulisan lain, kalau gak sempet, yasudahlah. Hehehe…

Sekian dan Salam Ideas Worth Spreading! ๐Ÿ˜€

Tagged:

§ 2 Responses to Review GEILI Fellowship 2012

Leave a comment

What’s this?

You are currently reading Review GEILI Fellowship 2012 at aajaka.

meta